Patidusa, Karya Sastra Yang Hampir Terlupa

Hai Young Writer semua๐Ÿ˜Š๐Ÿ‘‹
Gimana nih kabarnya?. Semoga semuanya baik-baik saja ya.

Patidusa


Kalau misalnya Young Writer semua ditanya,
"Apa itu Puisi PATIDUSA?"

Kira-kira banyak yang tahu kah?

PATIDUSA, memang sekarang ini banyak yang belum tahu dan bisa dibilang hampir punah nih. Wah, bahaya banget kalau gitu, karena kewajiban kita menjaga kebersamaan sastra Indonesia.

Kembali ke patidusa, yuk lihat penjelasan singkatnya๐Ÿ˜Š

*Puisi PATIDUSA puisi baru jenis *kuatrain* dengan jumlah kata yang berbeda di setiap baris dalam satu bait.

Loh, kenapa kuatrain? Dan apa itu kuatran?,  Kuatrain  adalah puisi yang setiap baitnya terdiri dari dari empat baris. PATIDUSA sendiri adalah singkatan dari jumlah kata yang terdapat di setiap barisnya yaitu : emPAt, TIga, DUa, SAtu. Banyak yang bilang PATIDUSA merupakan evolusi dari LIPATDUS. PATIDUSA dipopulerkan oleh mas Agung Wibowo asal Semarang.

Formasi setiap baris dalam satu bait Puisi PATIDUSA ialah :

๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡

Baris pertama 4 kata
Baris kedua 3 kata
Baris ketiga 2 kata
Baris keempat 1 kata

 Atau

Baris pertama 1 kata
Baris kedua 2 kata
Baris ketiga 3 kata
Baris keempat 4 kata

Bentuk standar patidusa:

๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡

A A A A
B B B
C C
D

E
F F
G G G
H H H H

Puisi PATIDUSA terdiri minimal 2 bait. Ketika seorang penulis merasa kurang cocok pada penggunaan salah satu format, maka bisa mengubah karyanya ke bentuk formasi lain sampai menemukan kecocokan dengan cara membalik formasi baris pada baitnya. Berdasar ketentuan estetika RASA RIMA RUNUT dan IMAJI sebuah puisi.

Ketentuan Format Penulisan Puisi PATIDUSA

๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡

1. Puisi PATIDUSA bukanlah puisi pemenggalan kalimat. Baris baitnya saling melengkapi satu sama lain seakan memiliki makna mandiri yang menjelaskan atau dijelaskan oleh baris sesudah atau sebelumnya.

2. Hindarilah kata hubung pada kalimat akhir baris. karena akan menimbulkan konotasi pemenggalan kalimat yang menggantung makna.

Misal ๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡

 Contoh salah :

Aku
Renta yang
Hina dina antara
Sepanjang jalan lintas berliku

Kalimat puisi di atas seolah dipaksakan untuk berformat PATIDUSA dan bisa dipanjangkan menjadi

"Aku renta yang hina dina antara sepanjang jalan lintas berliku".

 3. PATIDUSA TIDAK menggunakan TANDA ELEPSIS 
pada puisinya dan digantikan dengan tanda koma ( , ) saja. Alasan tidak digunakannya karena akan disalahartikan dalam bentuk sebuah puisi yang kurang memiliki keindahan pada kalimat puisinya. 

Contoh salah;
.... .... ..... ....
.... .... ....
.... ....
....
Kau
Indah sekali
Mewarna pelangi diam
Tiada kekata terucap asa

Keterangan : bait 1 adalah elipsis.

 4. Pada pengulangan kata sempurna dan atau yang berawalan depan, dihitung 1 kata majemuk.

Contoh:

Awan-awan
Angin-angin
Orang-orang
Berbaris-baris
Meratap-ratap

Boleh juga ditulis tanpa tanda hubung atau sesuai ketertiban dan keindahan tulisan saja.

Misalnya:

Awanawan
Anginangin
Orangorang
Berbarisbaris
Meratapratap

Berbeda dengan pengulangan kata yang berubah bentuk, dan atau berawalan pada akhir kata karena dihitung 2 kata.

Misalnya:

Hilir mudik
Hitam putih
Macam ragam
Antah berantah

VISI DAN MISI PATIDUSA SERTA KEUNIKANNYA 

๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡

Visi dan misi Patidusa

Mengajak kembali para penulis karya untuk belajar bahasa yang baik terutama Bahasa Indonesia dan Melayu serumpun termasuk di dalamnya kosakata dan gaya bahasa.

Dengan Patidusa kita akan diarahkan untuk mengenal kata demi kata dalam membentuk kalimat sesuai format. Meskipun begitu pola patidusa masih menghormati hukum litentia poetica pada kata pengulangan sempurna.

Keunikan Puisi PATIDUSA

๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡

1). Keunikan penulisan puisi ini adalah bisa dibaca terbalik dari baris bawah ke atas di tiap baitnya. Malahan bisa juga dibaca dari bait sembarang sebagai awalan bait. Namun harus tetap sesuai alur cerita yang akan disampaikan. 

2). Tiap baris pada bait seakan mempunyai makna mandiri yang menjelaskan dan dijelaskan oleh baris sebelum atau sesudahnya. Sehingga membentuk alur kalimat yang bercerita dan patidusa bukan pemenggalan kalimat 

 3). Sekiranya penulis merasa kurang pas cocok pada penulisan suatu karya patidusa yaitu ketika “Dibaca vokal” maka bisa dibalik ke bentuk format lain. Misal penulis membuat Format Asli namun kurang menyentuh rasa dikarenakan ; Alur kalimat, intonasi pengucapan kalimat, dan susunan kalimat. Maka bisa dibalik ke Bias, Cemara ataupun Tangga. Dan begitupun sebaliknya. 

4). Puisi bebas bisa digubah ke dalam bentuk Patidusa seperti halnya Lagu gubahan ataupun musik. Hal ini yang jarang terjadi di puisi format lainnya. 

Moto PUISI PATIDUSA (4321)

( Asli, Bias, Cemara, Tangga )

ALL FO(4)R ONE
ONE FO(4)R ALL

Banyak yang kurang jelas bahwa format Puisi Patidusa adalah;

“Semua formasi adalah satu, dan Satu formasi untuk semua.”

๐Ÿ“Adakalanya satu formasi karya patidusa bisa lebih tepat disusun menggunakan formasi lainnya setelah dibaca secara lisan (vokal).๐Ÿ“ 
Dikarenakan pengaruh 

๐Ÿ“ 1). Intonasi kata dan kalimat
๐Ÿ“ 2). Alur cerita
๐Ÿ“ 3). Susunan kalimat

Misal sebuah contoh kalimat :

Aku mencintaimu dengan sederhana

Dengan sederhana aku mencintaimu

Mencintaimu aku dengan sederhana

Aku dengan sederhana mencintaimu

Sebagaimana contoh di atas adalah letak intonasi, alur cerita, susunan kalimat yang memengaruhi dalam pemilihan karya penulisan format patidusa.

Gimana?
Sudah jelas?!

Perlu contoh?

Simak ini baik-baik ya...

Perhatikan contoh berikut, sesuai dengan keunikan yang telah dijabarkan di atas puisi PATIDUSA ini memiliki tantangan tersendiri, porsi kosa kata yang ditentukan dan terpenting adalah Puisi harus tetap PADU meski dibaca dari bawah ke atas dan formasinya dirubah kedalam 4 bentuk
Saat dijungkir balik puisi ini harus tetap singkron satu sama lain, menguatkan dan tetap runut

Jadi pemilihan kosa kata yang benar dalam pembuatan puisi ini sangat penting agar puisi tetap nyaman dibaca walau sudah  dirubah kedalam 4 formasi yang ada

Rengek Rembulan
Lea F. Nabiela

1. Patidusa original 

Diantara malam yang gulita
Ada yang kutunggu
Itulah dirimu
Rembulan

Rembulan
Kau merengek
Menyita semua perhatian
Membuat semua orang tertawan

Kini semua mata tertuju
Hanya melihat dirimu
Rengekmu berhenti
Rembulan

2. Patidusa bias

Rembulan 
Kau merengek
Menyita semua perhatian
Membuat semua orang tertawan

Kini rengekanmu telah berhenti
Berganti cahaya menyinari
Sungguh indah
Menggugah

Rembulan
Jangan merengek
Jangan terus begitu
Karena keindahan itu milikmu

3. Patidusa Cemara

Rembulan 
Kau merengek
Menyita semua perhatian
Membuat semua orang tertawan

Menggugah
Sungguh indah
Cahaya kini menyinari
Rengekanmu kini telah berhenti

Rembulan
Jangan lagi
Merengek tiada arti
Karena keindahan adalah milikmu

4.  Patidusa tangga

Diantara malam yang gulita
Ada yang kutunggu
Itulah dirimu
Rembulan

Kini rengekanmu telah berhenti
Berganti cahaya menyinari
Sungguh indah
Menggugah


Kini semua mata tertuju
Hanya melihat dirimu
Rengekmupun berhenti
Rembulan

Kediri, 09 September 2019

Jadi gumana?, Sudah paham Young Writer?.
Yuk, mulai sekarang ketahui dan pahami lebih banyak karya sastra Indonesia ๐Ÿ˜Š

Salam sastra๐Ÿ‘‹

Komentar

  1. Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Alhamdulillah bisa berbagi ilmu kak๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜

      Hapus
  2. Terima kasih atas share ilmunya kakak ๐Ÿ˜Š

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama kak๐Ÿ˜Š, semoga bermanfaat๐Ÿ™

      Hapus
  3. wah informatif sekali, baru darisini tau apa itu patidusa, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe belajar bersama kak๐Ÿ˜, allhamAlhamdu

      Hapus
  4. Wadudaaaaw,dpat Ilmu baru nih
    Dan ternyata ane harus banyak belajar juga nih
    Apalagi tntang Puisi
    Skali2 diskusi puisi keren nih

    BalasHapus
  5. oooowh... ternyata namanya puisi patidusa... sering nemuin di IG, dan aku paling suka puisi bertipe ini.. makasih ilmunya kak.. n_n

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wauuu ternyata kita sama kak๐Ÿ˜…, dering lihat di ig juga saya

      Hapus
  6. Sangat bermanfaat . Terima kasih ilmunya

    BalasHapus
  7. Sangat bermanfaat . Terima kasih ilmunya

    BalasHapus

Posting Komentar